
Menu
Outline
Sejarah dan Latar Belakang
Charles Henry Dow (6 November 1851 – 4 Desember 1902) adalah seorang jurnalis Amerika yang mendirikan Dow Jones & Company bersama Edward Jones dan Charles Bergstresser.
Dow juga ikut mendirikan The Wall Street Journal, yang telah menjadi salah satu publikasi keuangan ternama di dunia. Dia juga menemukan Dow Jones Industrial Average – DJIA sebagai bagian dari penelitiannya tentang pergerakan pasar. Dia mengembangkan serangkaian prinsip untuk memahami dan menganalisis perilaku pasar yang kemudian dikenal sebagai Teori Dow, yang merupakaan fondai dari Analisa Teknikal
Dow Theory atau Teori Dow telah ada selama hampir 100 tahun, namun demikian prinsip dasar dari Teori Dow masih relevan. Dow Theory Dikembangkan oleh Charles Dow, disempurnakan oleh William Hamilton dan diartikulasikan oleh Robert Rhea.
The Wall Street Journal
(Senin, 8 Juli 1889; Vol.1 no.1)
Charles Dow mengembangkan Teori Dow dengan menganalisis harga pasar di akhir abad ke-19. Sampai kematiannya pada tahun 1902, Dow adalah pemilik sebagian sekaligus editor The Wall Street Journal. Meskipun dia tidak pernah menulis buku tentang teorinya ini, namundia menulis beberapa editorial yang mencerminkan pandangannya tentang spekulasi dan peran indeks transportasi dalam hal ini adalah kereta api (DJTA – Dow Jones Transportation Averages) dan indeks Industri (DJIA- Dow Jones Industrial Avaerages).
The ABC of Stock Speculation – S.A. Nelson
Meskipun Charles Dow dikenal sebagai orang yang mengembangkan Teori Dow, namun S.A. Nelson dan William Hamilton lah yang kemudian menyempurnakan teori tersebut menjadi seperti sekarang ini. Nelson menulis The ABC of Stock Speculation dan merupakan orang pertama yang benar-benar menggunakan istilah “DOW THEORY“.
William Peter Hamilton
Hamilton lebih menyempurnakan teori tersebut melalui serangkaian artikel di The Wall Street Journal dari tahun 1902 hingga 1929. Hamilton juga menulis The Stock Market Barometer pada tahun 1922, yang berusaha menjelaskan teori tersebut secara rinci.
The Dow Theory 1st edition
Robert Rhea
Pada tahun 1932, Robert Rhea lebih menyempurnakan analisis Dow dan Hamilton dalam bukunya, The Dow Theory. Rhea membaca, mempelajari, dan menguraikan sekitar 252 editorial yang melaluinya Dow (1900-1902) dan Hamilton (1902-1929) menyampaikan pemikiran mereka tentang pasar. Dalam karyanya, Rhea juga mengacu pada Barometer Pasar Saham Hamilton.
Teori Dow tidak hanya membahas analisis teknikal dan price action, namun juga membahas filosofi pasar. Banyak ide yang dikemukakan oleh Dow dan Hamilton menjadi aksioma Wall Street. Meskipun banyak orang yang mungkin berpikir bahwa keadaan market sekarang berbeda, namun dengan membaca buku Rhea, ; “The Dow Theory”, akan terbukti bahwa pasar saham atau market hari ini berperilaku sama seperti hampir 100 tahun yang lalu.
Teori Dow menjelaskan bagaimana perilaku market trend dan bagaimana mengidentifikasi trend untuk Dow Jones Rail Average (sekarang Transportation ) Average (DJTA) dan Dow Jones Industrial Average (DJIA), dan menggunakan volume untuk mengkonfirmasi tren tersebut. Jika trend kedua indeks Dow Jones tersebut sedang ke arah yang sama, maka arah trend market dapat dikatakan pada arah yang sama. Sehingga Investor dapat menggunakan sinyal ini untuk mengidentifikasi tren market, dan mengeksekusi trading plan kea rah yang sama.
Di dalam Dow Theory , dikatakan bahwa memanipulasi tren primer (primary trend) adalah hal yang tidak mungkin dilakukan. Hamilton tidak menentang adanya kemungkinan spekulan atau siapa pun yang terlibat di market dapat memanipulasi harga.
Pergerakan harga intraday, daily dan bahkan mungkin tren sekunder (secondary trend) bisa rentan terhadap manipulasi. Pergerakan singkat ini, yang dari beberapa jam hingga beberapa minggu, dapat dimanipulasi oleh institusi besar, spekulan, berita atau rumor. Namun tidak mungkin untuk memanipulasi tren utama atau primary trend.
Hamilton melanjutkan dengan mengatakan bahwa saham individu dapat dimanipulasi, namun pada akhirnya, pergerakan harga akan kembali melanjutkan tren utamanya . Menurut Hamilton bahwa meskipun saham individu dapat dimanipulasi, hampir tidak mungkin untuk memanipulasi pasar secara keseluruhan.
Market mencerminkan semua informasi yang tersedia. Segala sesuatu yang perlu diketahui sudah tercermin di pasar melalui harga. Harga yang terjadi sudah mencerminkan semua berita atau rumor atau kejadian baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui oleh publik.
Harga mewakili jumlah total dari semua harapan (hope), ketakutan (fear), dan ekspektasi partisipan dalam market. Pergerakan suku bunga (interest rate movements), ekspektasi pendapatan (earning expectations), proyeksi pendapatan (revenue projections), pemilihan presiden (presidential elections), dan lainnya sudah diperhitungkan di pasar. Mungkin ada hal-hal yang tidak terduga akan terjadi, namun biasanya hal ini hanya akan mempengaruhi trend jangka pendek. Tren utama akan tetap tidak terpengaruh.
Pergerakan harga saham BRI vs Indeks Finance hingga awal September 2021
Pergerakan harga saham BBRI vs Indeks Finance hingga awal April 2022
Sebagai contoh adalah saham BBRI vs Indeks Finance. Primary Trend Index Finance adalah uptrend. Pada periode Akhir Mei 2021 hingga awal September 2021, harga saham BBRI turun lebih dari 18%. Namun Ketika Indeks Finance mencatat higher high pada awal Oktober 2021, saham BBRI mulai naik dan melanjutkan primary trend nya. Tercatat pada periode awal September 2021 hingga akhir April 2022, kenaikan saham BBRI lebih dari 40%.
Dow dan Hamilton mengidentifikasi tiga jenis pergerakan harga Dow Jones Industrial Average dan Dow Jones Rail Average :
Primary Trend yang dapat berlangsung dari beberapa bulan hingga bertahun-tahun, mewakili tren utama market. Pergerakan ini biasanya disebut sebagai Bull Market atau Bear Market. Hamilton dan Dow terutama tertarik untuk menangkap pergerakan besar dari tren utama ini. Kesuksesan dalam investasi, menurut Hamilton dan Dow, diukur dengan kemampuan untuk mengidentifikasi tren utama dan berinvestasi mengikuti trend utama.
Secondary Trend yang dapat berlangsung dari beberapa minggu hingga beberapa bulan, bergerak berlawanan arah dengan primary trend. Secondary Trend merupakan reaksi dari primary trend. Di bullish market, secondary trend ini disebut sebagai koreksi. Sedangkan di bearish market, pergerakan sekunder terkadang disebut reli reaksi ( reaction rallies).
Minor Trend berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari. Minor trend dapat bergerak searah atau melawan arah tren utama.
Primary – Secondary – Minor Trend
Hamilton mengidentifikasi tiga tahap ( 3 phases) baik untuk Primary Bullish Market maupun Primary Bearish Market. Tahapan-tahapan ini berkaitan dengan kondisi market psychology dan price movements.
| Bull Market | Bear Market |
Fase 1 | Acculumation | Distribution |
Fase 2 (Bigmove) | Bullish Participation/Mark Up | Bearish Participation |
Fase 3 | Excess | Despair |
Tiga Fase Bull market dan Bear Market
TIGA (3) FASE BULL MARKET
Fase 1 – Accumulation / Akumulasi (Sideways)
Hamilton mencatat bahwa sebagian besar tahap pertama dari bull market tidak dapat dibedakan dari reli reaksi terakhir dari bearish market. Pesimisme yang berlebihan di akhir bear market, masih menguasai di awal bull market. Ini adalah periode ketika publik umumnya tidak mau membeli saham, valuasi perusahaan biasanya berada di posisi sangat rendah, harga saham murah namun sepertinya tidak ada yang meninginkannya. Namun,sebenarnya pada titik inilah saatnya mulai menumpuk saham. Ini adalah tahap pasar ketika hanya mereka yang sabar yang dapat melihat nilai saham untuk jangka yang panjang. Pada tahap inilah “smart money” mulai bergerak mengumpulkan saham.
Pada awal-awal tahap bull market, harga saham mulai bottoming menemukan titik terendahnya dan secara diam-diam menguat. Ketika market mulai naik, banyak yang tidak percaya bahwa bull market sudah dimulai . Setelah harga mencapai puncak pada swing pertama, dan kemudian mengalami koreksi dan mulai turun kembali, pasar makin percaya bahwa bear market belum berakhir. Pada tahap inilah analisis yang cermat diperlukan untuk menentukan apakah penurunan tersebut merupakan pergerakan sekunder / secondary trend (koreksi leg pertama ke atas) atau bukan. Jika itu adalah pergerakan sekunder, maka puncak dari swing atau leg pertama harus terlampaui yang menandakan swing atau leg kedua sudah dimulai. Saat puncak sebelumnya terlampaui inilah, maka bull market akan terkonfirmasi.
Fase 2 – Big Move / Bullish Participation / Mark Up ( Uptrend)
Periode ini ditandai dengan peningkatan kondisi bisnis dan peningkatan valuasi saham, earnings mulai meningkat lagi, kepercayaan diri meningkat. Fase ini biasanya paling lama dan kenaikan harga saham sangat besar. Fase ini juga merupakan fase termudah untuk menghasilkan uang karena partisipasinya luas dan trend follower mulai berpartisipasi dalam fase ini.
Fase 3 – Excess
Fase ketiga dari primary bull market ditandai dengan spekulasi yang berlebihan dan munculnya tekanan inflasi. Pada fase ini, publik sepenuhnya terlibat dalam pasar, valuasinya berlebihan, dan kepercayaan diri luar biasa tinggi.
TIGA (3) FASE BEAR MARKET
Fase Bear Market didefinisikan sebagai penurunan berkelanjutan yang ditandai dengan kondisi bisnis yang memburuk dan penurunan permintaan saham. Sama seperti primary bull market, primary bear market juga memiliki pergerakan sekunder yang berlawanan dengan tren utama.
Fase 1 – Distribution / Distribusi
Ketika “smart money” mulai menyadari bahwa kondisi bisnis tidak sebaik yang diperkirakan, mereka mulai menjual saham. Publik masih terlibat dalam market pada tahap ini dan menjadi pembeli yang masih bersedia membeli saham. Mulai muncul berita yang menunjukkan bear market sudah dekat dan kondisi bisnis secara umum masih tetap berjalan baik. Namun, saham mulai kehilangan sedikit peminatnya dan penurunan mulai terjadi.
Sementara pasar menurun, masih sedikit yang percaya bear market telah dimulai dan sebagian besar forecasting masih tetap bullish. Hamilton mencatat pada bear market bahwa setelah penurunan yang tidak begitu tajam terjadi reli reaksi (secondary trend) yang cukup cepat dan tajam. Pergerakan cepat dan tiba-tiba ini akan memperkuat pendapat bahwa bull market masih ada dan akan berlanjut. Namun, puncak puncak secondary trend yang terbentuk selalu lebih rendah puncak sebelumnya. Dengan membuat lower low, inilah yang mengkonfirmasi bahwa saat ini adalah fase kedua dari bear market telah dimulai.
Fase 2 – Big Move / Bearish Participation (Downtrend)
Seperti halnya primary bull market, fase kedua dari primary bear market memberikan pergerakan terbesar. Saat itulah tren teridentifikasi turun dan kondisi bisnis mulai memburuk. Estimasi penghasilan (earning estimation) menurun, margin keuntungan (profit margin) menyusut dan pendapatan (revenues) turun. Kondisi bisnis memburuk, aksi jual terus berlanjut.
Fase 3 – Despair / Keputusasaan
Pada fase akhir dari bear market, semua harapan hilang dan saham tidak disukai. Valuasinya rendah, tetapi penjualan terus berlanjut karena para partisipan berusaha untuk menjual apa pun yang terjadi. Berita buruk terus keluar, prospek ekonomi suram dan hampir tidak ada pembeli (buyer) yang dapat ditemukan. Pasar akan terus menurun sampai semua berita buruk tercermin sepenuhnya ke dalam saham. Setelah itu, siklus dimulai lagi.
Hamilton berpendapat bahwa volume seharusnya meningkat ke arah tren utama. Jadi, Trend harus didukung oleh volume.
Saat tren naik (Uptrend)
Volume seharusnya meningkat saat harga naik
Volume menurun saat harga turun (correction – koreksi)
Saat tren turun (Downtrend)
Volume harus meningkat saat harga turun dan
Volume menurun saat harga naik (reaction rally – koreksi)
| Harga – Tren Naik (Uptrend) | Harga – Tren Turun (Downtrend) |
Volume Meningkat | Harga Naik | Harga Turun |
Volume Menurun | Harga Turun (correction -koreksi) | Harga Naik (reaction rally – koreksi) |
Matriks Price – Volume Dow Theory
#5 Trends Remains Intact, Until There Are Signals Proved They Are Ended
Ketika harga sudah membentuk sebuah trend, maka Trend cenderung akan tetap berlanjut sampai ada tanda-tanda yang membuktikan bahwa trend tersebut berhenti atau berbalik arah
Level konfirmasi Pembalikan Arah Tren – Trend Reversal Confirmation Level
#6 The Averages Must Confirms Each Other
Seperti diketahui bahwa Teori Dow dikembangkan dengan menggunakan data dari Indeks Rata-rata dari Industri dan Rel Kereta Api. Pada perkembangan berikutnya dikenal dengan DJIA – Dow Jones Industry Averages dan DJTA – Dow Jones Transportation Averages.
Ketika Teori Dow sedang dikembangkan pada pergantian abad 19 ke abad 20, saat itu rel kereta api merupakan penghubung penting dalam perekonomian. Hamilton berpendapat bahwa, dalam banyak kasus, aktivitas akan dimulai di Rail Average sebelum Industrial Average. Dia mengaitkan hal ini dengan fakta bahwa sebelum kegiatan ekonomi dimulai, bahan baku harus dipindahkan dari pemasok ke produsen. Sebelum General Motors dapat meningkatkan produksi, lebih banyak baja yang perlu diangkut. Transportasi darat saat itu yang digunakan untuk mengangkut bahan baku adalah Kereta Api. Oleh karena itu, peningkatan aktivitas di pada saham perkereta-api- an akan menandakan peningkatan aktivitas bisnis pada saham-saham industri.
Oleh karena itu, Hamilton dan Dow menekankan bahwa, agar sinyal beli atau jual pada primary trend menjadi valid, baik Industrial Average maupun Rail Average harus saling mengkonfirmasi. Jika satu Averages mencatat new high atau new low, maka Averages yang lain harus segera mengikuti agar sinyal Teori Dow dianggap valid.
IHSG vs Indeks Sektoral